Rabu, 06 September 2017

Semangka yang Hambar



Alkisah, pada suatu hari Syaikh Imam Syaqiq al-Balkhi membeli buah semangka untuk istrinya. Saat disantapnya ternyata buah semangka tersebut terasa hambar. Sang istri pun marah.

Syaikh Imam Syaqiq menanggapi dengan tenang amarah istrinya itu. Setelah selesai didengarkan amarahnya itu, beliau bertanya dengan halus:

"Kepada siapakah kau marah wahai istriku? Kepada pedagang buahnyakah? Atau kepada pembelinya? Atau kepada petani yang menanamnya? Ataukah kepada yang menciptakan buah semangka itu?", tanya Syaikh Syaqiq.

Istri beliau terdiam, sembari tersenyum Syaikh Syaqiq melanjutkan perkataannya:

"Seorang pedagang tidak menjual sesuatu kecuali yang terbaik, seorang pembeli pun pasti membeli sesuatu yang terbaik pula, begitu pula seorang petani, tentu saja ia pasti akan merawat tanamannya agar bisa menghasilkan yang terbaik, maka sasaran kemarahanmu berikutnya yang tersisa tidak lain hanya kepada yang menciptakan semangka itu".

Pertanyaan Imam Syaqiq menembus ke dalam hati sanubari istrinya. Terlihat butiran air mata menetes perlahan di kedua pelupuk matanya.

Syaikh Imam Syaqiq al-Balkhi pun melanjutkan ucapannya:

"Bertaqwalah wahai istriku, terimalah apa yang sudah menjadi ketetapanNya, agar Allah memberikan keberkahan kepada kita".

Mendengar nasehat suaminya itu, sang istri pun sadar, menunduk dan menangis mengakui kesalahannya dan ridha dengan apa yang telah Allah tetapkan.

Seorang manusia biasa yang sedang memperbaiki diri.


EmoticonEmoticon