Selasa, 29 Agustus 2017

Kisah Pengemis Yahudi Buta

  Dalam suatu riwayat, Abu Bakar As Shiddiq yang merupakan Sahabat terbaik sekaligus Mertua dari Rasulullah SAW, bertanya kepada anak yang dikasihinya, Siti Aisyah RHA, “Wahai putriku sayang, adakah Sunnah kekasihku (Rasulullah SAW) yang kau tahu aku belum kerjakan?

  Mendengar pertanyaan tersebut, Aisyah RHA dengan lembutnya menjawab: “Tidak ada ayah, semuanya sudah ayah kerjakan, kecuali satu”

  Apa itu sayang…? Tanya Abu Bakar penasaran. Kemudian Aisyah RHA melanjutkan jawabannya, “Di sudut pasar ada seorang pengemis buta, orang Yahudi, Rasulullah SAW senantiasa datang kepadanya memberi makan.

  Mendengar jawaban tersebut, Abu Bakar akhirnya terkejut sembari menjawab “Masya Allah, aku akan segera ke sana”

  Maka Abu Bakar RA pun langsung menyiapkan makanan secukupnya untuk kemudian menemui pengemis buta tersebut yang sedang berada di sudut pasar. Sembari menuju kesana, beliau berusaha untuk tidak bersuara agar pengemis itu tidak merasa asing.

  Ketika hendak disuap oleh Abu Bakar, pengemis tersebut langsung melepeh makanannya, marah dan membentak:

 “Hei… Siapa kau?!”

  Abu Bakar yang terkaget – kaget dengan sikap si pengemis tua tersebut berusaha untuk bersikap tenang meskipun disambut dengan bentakan yang sangat keras.

  Tak lama kemudian, Abu Bakar akhirnya menjawab “Aku ini, orang yang biasa menyuapimu”

 “Akh.., bohong…” Jawab pengemis tua tersebut tidak percaya.

 “Pasti kau bohong… Katakan siapa dirimu!” Tegas pengemis tersebut untuk memastikan siapa orang asing yang tiba-tiba menyuapinya tersebut.

  Mendengar bentakan tersebut, Abu Bakar RA tiba - tiba terisak menangis. Namun, beliau berusaha semampunya agak tangisannya tersebut tidak diketahui oleh si pengemis tua tersebut.
Abu Bakar menangis bukan karena bentakan tersebut. Beliau menangis karena membayangkan, bagaimana sabarnya Rasulullah SAW berkhidmat kepada seorang pengemis buta Yahudi yang sangat pemarah itu.

  “Hei, ketahuilah wahai orang asing, bahwa orang yang biasa nyuapin aku, sentuhan tangannya sangat lembut, aromanya sangat wangi, bahkan dia mengunyahkan sebelum menyuap” Jawab pengemis itu menceritakan orang yang biasa menyuapinya. Sehingga dia begitu mengenali bagaimana lembutnya Rasulullah SAW saat menyuapinya dulu.

 “Kamu pasti orang lain, aku tahu… Ini makanannya kasar dan berat” Lanjut si pengemis tua tersebut.

  Abu Bakar As Shiddiq yang terkenal dengan hatinya yang lemah lembut, yang sudah berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan pelayanan yang terbaik dan lembut untuk si pengemis tua itu pun bahkan tidak sanggup untuk menyaingi bagaimana lembutnya Rasulullah SAW kala menyuapi pengemis tua tersebut, tetap saja, si pengemis tua itu marah saat diperlakukan berbeda dan lebih kasar.

  Abu Bakar As Shiddiq yang tak mampu menahan diri, akhirnya bertanya “Bagaimana halusnyakah perlakuan Rasulullah SAW…?” tanya Abu Bakar sambil menahan isak tangisnya yang tak tertahankan lagi.

 “Hei, kau menangis ya, kenapa kau menangis?” Tanya pengemis itu keheranan.

 “Wahai Saudaraku, engkau benar… aku bukan orang yang biasa…. Aku datang menggantikan beliau karena beliau telah wafat” Jawab Abu Bakar mengenalkan dirinya kepada pengemis tua itu.

 “Oo, begitu ya…. Baiklah, saya terima makananmu, tapi saya nasihati kamu sebuah perkara penting….” Jawab si pengemis.

 “Apakah itu…?!” Tanya Abu Bakar.

 “Kamu sudah denger kan ada orang yang ngaku telah jadi Nabi, memecah belah persatuan, suka mencari maki nenek moyang kita, jangan sampai kau jumpa dia, jangan sampai kau ikut dia, dia orang berbahaya…” Ujar pengemis tua tersebut menjelaskan orang yang dimaksudnya, yang tak lain adalah Rasulullah SAW itu sendiri yang selama ini menyuapinya dengan lembut.

  Abu Bakar RA yang mendengar penjelasan si pengemis tersebut semakin deras isak tangisnya… Tapi hiruk pikuk orang pasar tak ada yg saling peduli. Pengemis buta itu kemudian meraba-raba berusaha menggapai pundak Abu Bakar RA, sambil berkata “Tenang, dengarlah nasihatku, ikutilah nasihatku”.

 “Iya Saudaraku, tapi orang yang aku gantikan ini adalah orang yang biasa menyuapi engkau”. “Dialah yang mengunyahkan makanan sebelum menyuapimu”, Jawab Abu Bakar menjelaskan orang yang tadinya sedang dicaci maki oleh pengemis tua tersebut.

  Dengan kagetnya si pengemis tua itu menjawab, “Haah… aaakkh… jadi diakah orang yang selalu menyuapi aku dengan tangannya yang lembut…?” 

 “Diakah orang yang selalu aku caci maki padahal hanya dia yang peduli kepadaku….?”

 “Diakah yang selalu aku larang orang mendengar bicaranya padahal hanya dia yang mau mendengar bicaraku….?”

 “Ooh.. diakah.. Oh… diakah….”

 “Jadi kau ini siapa?” Tanya si pengemis tua itu sambil terkaget-kaget akibat ucapan Abu Bakar tadi.

 “Aku adalah Abu Bakar’, jawab Abu Bakar.

  Dengan perasaan bersalah dan menangis, si pengemis tua itu menjawab, “Duhai, Abu Bakar… hiks… hiks… Dia orang yang akhlaknya sangat mulia”. “Aku tak pernah mendengar satu kata pun dari mulut nya karena aku senantiasa melarang orang mendengar kata-katanya”, Cerita si pengemis tua tersebut.

 “Wahai Abu Bakar…”

 “Iya, Saudaraku…” Jawab Abu Bakar.

 “Tolonglah aku… Tolong aku… Aku mau jadi pengikut dia sekarang juga” 

 “Dia adalah orang yang benar… Dialah orang yang berakhlak mulia”

 “Tolong aku….”, Pinta si pengemis itu dengan hati penuh penyesalan dan meronta – ronta.


Seorang manusia biasa yang sedang memperbaiki diri.


EmoticonEmoticon