Selasa, 05 September 2017

Kisah Pencuri dan Ahli Ibadah


Di zaman Nabi Musa a.s. ada seorang hamba Allah yang kerjanya mencuri. Sudah 40 tahun dia mencuri. Suatu hari, dia melihat Nabi Musa a.s. sedang berjalan. Terlintas di hatinya untuk berjalan bersama Nabi Musa a.s. Katanya, “Kalau aku dapat berjalan bersama Nabi Musa, mudah-mudahan ada barokahnya untuk aku.”

Tetapi setelah difikirkannya lagi, dia tidak jadi melangsungkan niatnya itu. Dia berkata, “Aku ini pencuri. apa pantas pencuri seperti aku ini berjalan bersama seorang nabi”. Tak lama kemudian, dia melihat seorang abid berlari-lari kecil mengejar Nabi Musa a.s. dari belakang. Si abid ini telah beribadah secara istiqamah selama 40 tahun dan dikenali orang. Si pencuri itu berkata di dalam hatinya, “Lebih baik aku berjalan bersama si abid ini saja. Barang kali bisa mendapat kebaikan dekat dengan dia”.

Lantas si pencuri menghampiri si abid dan meminta  untuk berjalan bersamanya. Tapi ketika tampak si pencuri, si abid terkejut dan terus merasa takut. Dia berkata di dalam hatinya, “Celaka aku! Kalau si pencuri ini berjalan bersama aku, takut-takut nanti rusak segala kebaikan dan amalanku”.

Si abid terus berlari supaya si pencuri tidak dapat mengikuti. Si pencuri tadi terus mengikuti si abid karena hendak berjalan bersamanya. Akhirnya sampailah mereka berdua kepada Nabi Musa a.s.

Nabi Musa a.s. kemudian berpaling dan bersabda kepada mereka berdua, “Aku baru saja mendapat wahyu dari Allah Ta'ala supaya memberitahukan kepada kalian berdua bahwa segala amalan baik dan buruk kalian telah dimansukhkan oleh Allah”.

Maka terkejutlah si abid dan si pencuri tadi. Berbahagialah si pencuri karena segala dosanya mencuri selama 40 tahun telah diampunkan oleh Allah. Celaka dan dukacitalah si abid karena segala amalan dan ibadahnya selama 40 tahun telah ditolak dan tidak diterima oleh Allah.

Rupa-rupanya si pencuri itu, walaupun kerjanya mencuri, dia tidak suka akan perbuatannya itu. Dia miskin dan tanggungannya banyak. Masyarakat ketika itu sudah rusak dan orang kaya enggan membantu fakir miskin. Dia mencuri karena terpaksa. Oleh sebab itu, setiap kali dia mencuri, dia amat merasa bersalah dan berdosa. Jiwanya tersiksa dan menderita. Selama 40 tahun dia menanggung rasa berdosa itu dan selama itu juga jiwanya parah menanggung derita. Selama 40 tahun hatinya merintih meminta belas kasihan, keampunan dan mengharapkan kasih sayang Tuhan.

Si abid pula, amat yakin ibadahnya mampu menyelamatkannya. Dia yakin ibadahnya akan dapat membeli Syurga. Setiap kali dia beribadah, dia rasa dirinya bertambah baik. Setiap kali dia beribadah, dia rasa dirinya bertambah mulia. Selama 40 tahun si abid ini mendidik hatinya supaya merasa lebih baik dan lebih mulia setiap kali dia beribadah. Hingga dia merasa hebat dan mulia derajatnya, sehingga tidak mau berjalan bersama orang yang hina dan berdosa. Dia merasa hanya layak berjalan bersama para Nabi. Inilah akhirnya ketetapan Allah atas mereka berdua.

Seorang manusia biasa yang sedang memperbaiki diri.


EmoticonEmoticon